Saturday, August 23, 2008

Antara Ksatria Jepang dan Guntur



Dear all, Setelah mencoba bersusah payah blogging dalam bhs. Inggris, akhirnya gue kembali ke asal dulu. Berbahasa Indonesia yang mudah untuk gue tulis. Kekekeek.. Seminggu yang lalu (atau lebih) ada sebuah motor keren singgah di tempat parkir tamu di kantor. Warnanya Hijau Muda kinclong, dengan sebuah helm bermerk motor tersebut di setang setirnya. Wuihhhhhh dari balik jendela kaca kulihat benda berharga puluhan juta itu. Langsung keluar kantor sebentar untuk memastikan apakah benar itu sebuah Kawasaki Ninja 250R. Dan ternyata saudara2 sebangsa dan setanah air juga se blogger emang benar demikian adanya. Usut sana usut sini, tanya sana tanya sini akhirnya ketahuan pemilik atau penunggang kuda besi beroda itu. Beliau adalah mantan karyawan di kantor gue.

Sejurus kemudian, tangan ini gatal untuk menyentuh nya. (untung bukan menggaruknya...hihi). Terbayang betapa gagahnya gue kalo duduk di atas jok nya. Dan juga betapa kurang percayanya teman2 kantor kalau gue adalah si empunya. (merendahkan hati menaikkan mutu). Pas istirahat impian gue sedikit terkabul dengan dipinjamkannya kunci motor itu. Dengan langkah gagah dan pasti, gue hampiri motor itu, memasukkan kunci ke lubangnya, terlebih dulu menitipkan helm pada temen gue yg satu lagi. Berlanjut memundurkan sedikit, dan BREMMMMM si Ksatria Jepang berkupluk ini pun berdehemm. Masukin gigi satu dan ngacir...weleh2 tenaganya ya...Seputaran aja di depan lobi kantor sudah cukup untuk merasakan sensasinya. Buru2 gue simpen lagi, takut ntar ada keingingan lebih untuk memiliki.

Setelah turun, gue seperti diingatkan untuk melihat lagi diri gue sendiri. Setiap orang tidak pernah merasa puas. Begitu pun adanya gue. Sebuah Guntur sudah gue punya. Itupun belum pernah terimpikan akhir tahun lalu. Pikirku betapa kurangnya ucapan syukurku ini. Lha ya mbok bersyukur bisa ngredit Suzuki Guntur walopun "cuma" 125cc. Dengan cc yg segitu juga belum pernah lebih dari 110km/jam larinya. Secara kota kami tercinta penuh dengan lampu merah dan persimpangan jalan...Mau ngebut sebentar harus ngerem lagi.

Kembali terngiang sebuah kata2 bijak yang pernah gue dengar..."Janganlah terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin engkau miliki, tetapi bersyukurlah atas segala sesuatu yang sudah kamu punya saat ini". Sering ada perasaan iri dan cemburu melihat harta benda orang lain yang ada di atas gue secara ekonomi. Kadang timbul perasaan rendah diri. Juga kadang timbul pertanyaan: Kok bisa ya tuh orang beli barang yang semahal itu? Apa belinya pake duit semua? Gak dicampur ama daun pisang? Hahaha.

Nerimo (menerima apa adanya) bukan berarti membuat kita menjadi apatis dan bermalas-malasan. Buat gue tidak ada prinsip : Milik mah moal kamamana (sunda artinya: kalau udah jadi rejeki kita tidak akan ke mana2, trus datang sendiri.) Bukan itu yang Tuhan mau kita lakukan. Kita harus bekerja keras seoptimal kita.
Firman Tuhan berkata: Kerjakanlah apa yang menjadi bagianmu, maka Aku (Tuhan) akan menyelesaikannya bagianKu. Bahasa Inggerisnya mah, Do all your best, God do the Rest. So, kesimpulannya: Bersyukurlah senantiasa atas apapun yang sudah kau dapatkan, dan bekerja keraslah sehingga kau mendapatkan apa yang menjadi kebutuhanmu sesuai dengan rencana Tuhan.
Amin.


Semoga menjadi berkat dan tetap setia pada komitmen yang sudah kita buat, selamat menjalani hidup dengan indah bersama Tuhan.

No comments: